Rabu, 23 Januari 2013

BIMBINGAN BAGI MURID BERPERILAKU BERMASALAH


1.    Pengertian dan Jenis Perilaku Bermasalah
              Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah yang kronis.
              Terhadap peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada dibalik perilaku bermasalah. Bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah dan seringkali diperlukan bantuan dari pakar dibidang pekerjaan-pekerjaan psikologis. Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan guru.


2.    Bentuk-bentuk Perilaku Bermasalah
              Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut mekanisme pertahanan diri yang disebabkan oleh karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya. Kecemasan pada dasarnya adalah berupa ketegangan psikologis akibat dari ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan. Disebut mekanisme penahanan diri karena dengan perilaku tersebut, individu dapat mempertahankan diri atas atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan. Mekanisme perilaku ini berentang mulai dari bentuk-bentuk yang normal sampai kepada bentuk-bentuk perilaku psikologis.
              Bentuk umum dari perilaku mekanisme pertahan diri ini ialah :
a.  Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukan dalam bentuk memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu, penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang didasarkan bukan merupakan penyebab nyata karna sebenarnya individu bermagsut menyembunyikan latar belakang perilakunya.

b.  Sikap bermusuhan
Sikap ini tampak dalam perilaku agresip, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengecam lingkungan

c.   Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab utama kasalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Prang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat kuat.

d. Represi
Perilaku represi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.

e.  Konformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan.  Orang seperti ini memiliki harapan sosial dan ketergantungan yang tinggi.

f.   Sinis
Perilaku sinis muncul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir atas penilaian orang lain terhadap dirinya.

g.  Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri
h.  Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan .persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.

i.         Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya.Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.

j.        Denial (menyangkal kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

k.      Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

l.        Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.

m.    Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

n.      Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)

o.      Reaction formation (pembentukan reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.  
              Semua perilaku mekanisme pertahanan diri mempunyai karakteristik
(1). Menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan
(2). Dilakukan tanpa menyadari latar belakang perilaku tersebut. Pola perilaku ini dipelajari, yang cenderung kepada pengurangan kecemasan bukan memecahkan masalah yang menjadi dasar penyebab kecemasan itu.

3.    Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Karakteristik Perkembangan Murid
              Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran terhadap murid berperilaku bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas perkembangan dan karakteristik perkembangan murid SD. Dalam aspek tugas perkembangan perilaku bermasalah dapat dikaji dengan mengkaji kesenjangan antara tugas perkembangan murid SD yang telah dicapai dengan yang seharusnya. Sedangkan dalam aspek karakteristik perkembangan dapat dihampiri dengan mengkaji masalah-masalah yang muncul berkenaan dengan perkembangan murid SD itu sendiri.

              Berikut deskripsi pencapaian murid dalam tiap aspek tugas perkembangan
a.     Menanamkan kebiasaan dan Sikap dalam Beriman dan Bertaqwa terhadap TYME
     Pada umumnya murid SD telah dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut, terutama untuk siswa kelas tinggi. Penanaman kebiasaan dan sikap murid dalam beriman dan bertaqwa kepada TYME di sekolah, selain melalui mata pelajaran Agama, juga dilakukan pada saat perayaan keagamaan, ibadah bersama di sekolah, serta diadakan pesantren kilat.
     Dalam tatanan perilaku sehari-hari, masih terdapat perilaku-perilaku murid yang perlu peningkatan. Murid SD cenderung belum dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang agama seperti menyontek. Perilaku menghormati orang tua dan orang lain masih kurang. Murid SD lebih mementingkan dirinya sendiri, belum mampu mendahulukan kepentingan orang yang lebih tua. Kebanyakan murid SD belum menunjukkan kebanggaan atas kemampuan dirinya sendiri.

b.    Mengembangkan Kata hati, Moral dan Nilai-nilai sebagai Pedoman Perilaku
     Tugas perkembangan ini dimaksudkan agar murid mengembangkan kontrol moral dari dalam, menghargai aturan moral, dan memulai dengan skala nilai yang rasional. Secara psikologis, anak pada saat lahir belum memiliki kata hati dan nilai-nilai. Melalui perkembangan hidupnya ia sedikit demi sedikit mempelajari nilai-nilai dan diajari untuk membedakan mana perilaku yang baik dan mana perbuatan yang buruk.

c.     Mengembangkan keterampilan Dasar dalam Membaca, Menulis dan Berhitung
     Hakekat tugas perkembangan ini adalah murid belajar mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung secara memadai agar mampu beradaptasi dengan masyarakat. Penelitian yang telah dilakukan memberikan gambaran bahwa murid kelas tinggi umumnya memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sesuai dengan tuntutan kurikulum. Khusus untuk murid kelas rendah tampaknya masih memiliki kesulitan terutama dalam menulis. Murid SD umumnya memiliki kesulitan terutama dalam menulis surat, membuat karangan sederhana, dan menjelaskan kembali isi bacaan.

d.    Mempelajari Keterampilan Fisik Sederhana yang diperlukan Untuk Permainan dan Kehidupan
     Anak usia SD memberikan pengendalian yang lebih besar terhadap badannya dan mampu duduk atau berdiri dalam jangka waktu yang lama. Di sisi lain kekuatan fisik murid belum matang, dan memerlukan aktivitas. Murid SD lebih merasa lelah disuruh duduk dalam waktu lama, dibanding dengan lari-lari, jungkir balik atau naik sepeda. Kegiatan fisik sangat penting untuk menyempurnakan perkembangan keterampilannya, seperti melempar bola, loncat tali, keseimbangan dalam meniti balok kayu.

e.     Belajar Bergaul dan Bekerja dalam Kelompok Sebaya
     Pada usia sekolah, anak-anak mulai keluar dari lingkungan keluarga memasuki dunia teman sebaya. Anak-anak hendaknya belajar memperoleh kepuasan yang lebih banyak dari kehidupan sosial bersama teman sebayanya. Melalui kelompok sebaya anak belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial diantara teman sebaya. Murid SD umumnya tidak memiliki teman tetap untuk bermain, kesulitan menentukan teman untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas kelompok.

f.     Belajar Menjadi Pribadi yang Mandiri
     Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak belajar menjadi pribadi yang mandiri, mampu membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan pada saat ini dan di masa mendatang secara mandiri. Kemandirian diawali dengan kemampuan untuk melakukan pilihan sendiri di seputar rumah. Ia belajar memilih sendiri jenis permainan yang disukainya, menentukan program TV yang ditontonnya, memilih acara radio yang disukainya, memilih sendiri buku-buku yang akan dipelajarinya dan belajar mengurus dirinya sendiri. Kemudian berkembang kepada pemilihan teman bermain, dan jenis permainan yang disukainya, dilakukan oleh dirinya sendiri.
     Pada umumnya murid SD cenderung lemah dalam mengurus diri sendiri, belum mampu menyusun rencana kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan belum memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana kegiatan secara konsekuen.

g.    Membangun  Sikap Hidup yang Sehat Mengenai Diri Sendiri dan Lingkungan
     Tugas perkembangan ini berkenaan dengan kebiasaan dalam memelihara badan, kebersihan, kesehatan dan keamanan. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara rutin. Murid SD umumnya belum dapat memelihara kebersihan pakaian sendiri, belum dapat membantu memelihara kebersihan rumah

h.    Mengembangkan Konsep-konsep yang Perlu dalam Kehidupan Sehari-hari
     Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak memperoleh sejumlah konsep untuk berpikir efektif berkenaan dengan pekerjaan kewarganegaraan, dan peristiwa sosial. Pada saat anak-anak siap memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki konsep-konsep yang sederhana seperti bentuk lingkaran, rasa, warna, makanan, marah dan cinta. Berdasarkan konsep yang dimilikinya, anak akan membentuk konsep baru melalui pengalaman pengganti seperti mendengarkan cerita, bacaan atau melihat film.

i.      Belajar Menjalankan Peran Sosial Sesuai dengan Jenis Kelamin
     Murid SD hendaknya belajar berperan sebagai pria atau wanita sesuai dengan jenis kelaminnya sebagaimana yang diharapkan. Mereka cenderung kuat dalam berperilaku sebagai pria atau wanita sesuai dengan norma masyarakat. Namun mereka lemah dalam mempelajari peran sosial sebagai pria atau wanita.

j.      Memiliki Sikap Positif terhadap Kelompok dan Lembaga-lembaga sosial
     Kemampuan murid untuk mengembangkan sikap positif terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial, merupakan dasar untuk pengembangan sikap demokrasi. Tugas perkembangan ini dipelajari murid sejak dirumah, melalui teman sebaya, dalam kehidupan di masyarakat, dan di sekolah.
     Murid SD kuat dalam menghargai pendapat orang lain, dan sikap positif terhadap aturan atau tata tertib sekolah. Namun mereka cenderung lemah dalam toleransi terhadap perbedaan SARA, serta dalam bertindak secara adil dan demokrasi. Mereka kurang paham akan tugas-tugas pemerintahan seperti RT, RW dan Lurah.

              Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan murid SD (Sunaryo Kartadinata, 1990, 1996) adalah sebagai berikut :
1). Perkembangan Fisik dan Kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatn guru, terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan di kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) sangat lamban dalam bereaksi, gangguan pertumbuhan gigi, perkembangan fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih besar dari teman sebaya. Sementara itu pada kelas tinggi (kelas 4,5 dan 6) terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan, berupa : persoalan gizi, pertumbuhan fisik tidak sesuai dengan usia dan lebih kecil dari teman sebaya.
2). Perkembangan Diri
      Dilihat dari karakteristik perkembangan emosi, tampak bahwa kehidupan emosi, murid SD tidak lagi sepenuhnya dikuasai oleh kehidupan emosi yang egoistik. Sikap toleran terhadap diri sendiri mulai tampak, akan tetapi kecenderungan ini belum merupakan pola perilaku yang konsisten. Keberanian berbuat atas inisiatif dan pilihan sendiri dengan disertai menerima saran dan bekerja sama dalam kelompok mulai tampak pada murid SD. Kendati demikian murid SD ini merupakan manifestasi dorongan kekuatan eksternal.
3). Perkembangan Sosial
      Perkembangan hubungan sosial murid SD telah menunjukkan kecenderungan orientasi kelompok yang cukup kuat. Hubungan sosial murid SD telah diwarnai pula oleh kesadaran akan identitas diri, walaupun masih berada pada intensitas yang lemah. Perkembangan sosial murid SD telah menunjukkan pula sikap loyal dan kesedihan berkorban untuk kelompok. Kegiatan kelompok tidak semata-mata didasarkan atas kesenangan diri sendiri melainkan didasarkan atas hasrat kerjasama dan berkompetisi. Namun demikian ketidakkonsistenan dalam berkelompok masih tampak. Aturan kelompok mulai berkembang dan disepakati sebagai aturan permainan.
4. Teknik Membantu Murid Bermasalah
              Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Bagi guru SD yang berperan sebagai guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
              Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang sehat. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat :
a.       Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok
b.      Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan
c.       Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan/atau orang tua murid
d.      Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi
e.       Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniah ke dalam kurikulum sebagai bahan terpadu dari ajaran yang harus disajikan guru
f.       Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran




daftar pustaka
2.       Sunaryo Hartadinata,dkk. (1998). Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: Dirjen Dikti
3.      Sunaryo Kartadinata. (1992). Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan Bandung : Laporan Penelitian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 23 Januari 2013

BIMBINGAN BAGI MURID BERPERILAKU BERMASALAH


1.    Pengertian dan Jenis Perilaku Bermasalah
              Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah yang kronis.
              Terhadap peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada dibalik perilaku bermasalah. Bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah dan seringkali diperlukan bantuan dari pakar dibidang pekerjaan-pekerjaan psikologis. Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan guru.


2.    Bentuk-bentuk Perilaku Bermasalah
              Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut mekanisme pertahanan diri yang disebabkan oleh karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya. Kecemasan pada dasarnya adalah berupa ketegangan psikologis akibat dari ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan. Disebut mekanisme penahanan diri karena dengan perilaku tersebut, individu dapat mempertahankan diri atas atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan. Mekanisme perilaku ini berentang mulai dari bentuk-bentuk yang normal sampai kepada bentuk-bentuk perilaku psikologis.
              Bentuk umum dari perilaku mekanisme pertahan diri ini ialah :
a.  Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukan dalam bentuk memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu, penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang didasarkan bukan merupakan penyebab nyata karna sebenarnya individu bermagsut menyembunyikan latar belakang perilakunya.

b.  Sikap bermusuhan
Sikap ini tampak dalam perilaku agresip, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengecam lingkungan

c.   Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab utama kasalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Prang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat kuat.

d. Represi
Perilaku represi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.

e.  Konformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan.  Orang seperti ini memiliki harapan sosial dan ketergantungan yang tinggi.

f.   Sinis
Perilaku sinis muncul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir atas penilaian orang lain terhadap dirinya.

g.  Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri
h.  Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan .persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.

i.         Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya.Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.

j.        Denial (menyangkal kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

k.      Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

l.        Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.

m.    Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

n.      Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)

o.      Reaction formation (pembentukan reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.  
              Semua perilaku mekanisme pertahanan diri mempunyai karakteristik
(1). Menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan
(2). Dilakukan tanpa menyadari latar belakang perilaku tersebut. Pola perilaku ini dipelajari, yang cenderung kepada pengurangan kecemasan bukan memecahkan masalah yang menjadi dasar penyebab kecemasan itu.

3.    Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Karakteristik Perkembangan Murid
              Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran terhadap murid berperilaku bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas perkembangan dan karakteristik perkembangan murid SD. Dalam aspek tugas perkembangan perilaku bermasalah dapat dikaji dengan mengkaji kesenjangan antara tugas perkembangan murid SD yang telah dicapai dengan yang seharusnya. Sedangkan dalam aspek karakteristik perkembangan dapat dihampiri dengan mengkaji masalah-masalah yang muncul berkenaan dengan perkembangan murid SD itu sendiri.

              Berikut deskripsi pencapaian murid dalam tiap aspek tugas perkembangan
a.     Menanamkan kebiasaan dan Sikap dalam Beriman dan Bertaqwa terhadap TYME
     Pada umumnya murid SD telah dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut, terutama untuk siswa kelas tinggi. Penanaman kebiasaan dan sikap murid dalam beriman dan bertaqwa kepada TYME di sekolah, selain melalui mata pelajaran Agama, juga dilakukan pada saat perayaan keagamaan, ibadah bersama di sekolah, serta diadakan pesantren kilat.
     Dalam tatanan perilaku sehari-hari, masih terdapat perilaku-perilaku murid yang perlu peningkatan. Murid SD cenderung belum dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang agama seperti menyontek. Perilaku menghormati orang tua dan orang lain masih kurang. Murid SD lebih mementingkan dirinya sendiri, belum mampu mendahulukan kepentingan orang yang lebih tua. Kebanyakan murid SD belum menunjukkan kebanggaan atas kemampuan dirinya sendiri.

b.    Mengembangkan Kata hati, Moral dan Nilai-nilai sebagai Pedoman Perilaku
     Tugas perkembangan ini dimaksudkan agar murid mengembangkan kontrol moral dari dalam, menghargai aturan moral, dan memulai dengan skala nilai yang rasional. Secara psikologis, anak pada saat lahir belum memiliki kata hati dan nilai-nilai. Melalui perkembangan hidupnya ia sedikit demi sedikit mempelajari nilai-nilai dan diajari untuk membedakan mana perilaku yang baik dan mana perbuatan yang buruk.

c.     Mengembangkan keterampilan Dasar dalam Membaca, Menulis dan Berhitung
     Hakekat tugas perkembangan ini adalah murid belajar mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung secara memadai agar mampu beradaptasi dengan masyarakat. Penelitian yang telah dilakukan memberikan gambaran bahwa murid kelas tinggi umumnya memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sesuai dengan tuntutan kurikulum. Khusus untuk murid kelas rendah tampaknya masih memiliki kesulitan terutama dalam menulis. Murid SD umumnya memiliki kesulitan terutama dalam menulis surat, membuat karangan sederhana, dan menjelaskan kembali isi bacaan.

d.    Mempelajari Keterampilan Fisik Sederhana yang diperlukan Untuk Permainan dan Kehidupan
     Anak usia SD memberikan pengendalian yang lebih besar terhadap badannya dan mampu duduk atau berdiri dalam jangka waktu yang lama. Di sisi lain kekuatan fisik murid belum matang, dan memerlukan aktivitas. Murid SD lebih merasa lelah disuruh duduk dalam waktu lama, dibanding dengan lari-lari, jungkir balik atau naik sepeda. Kegiatan fisik sangat penting untuk menyempurnakan perkembangan keterampilannya, seperti melempar bola, loncat tali, keseimbangan dalam meniti balok kayu.

e.     Belajar Bergaul dan Bekerja dalam Kelompok Sebaya
     Pada usia sekolah, anak-anak mulai keluar dari lingkungan keluarga memasuki dunia teman sebaya. Anak-anak hendaknya belajar memperoleh kepuasan yang lebih banyak dari kehidupan sosial bersama teman sebayanya. Melalui kelompok sebaya anak belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial diantara teman sebaya. Murid SD umumnya tidak memiliki teman tetap untuk bermain, kesulitan menentukan teman untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas kelompok.

f.     Belajar Menjadi Pribadi yang Mandiri
     Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak belajar menjadi pribadi yang mandiri, mampu membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan pada saat ini dan di masa mendatang secara mandiri. Kemandirian diawali dengan kemampuan untuk melakukan pilihan sendiri di seputar rumah. Ia belajar memilih sendiri jenis permainan yang disukainya, menentukan program TV yang ditontonnya, memilih acara radio yang disukainya, memilih sendiri buku-buku yang akan dipelajarinya dan belajar mengurus dirinya sendiri. Kemudian berkembang kepada pemilihan teman bermain, dan jenis permainan yang disukainya, dilakukan oleh dirinya sendiri.
     Pada umumnya murid SD cenderung lemah dalam mengurus diri sendiri, belum mampu menyusun rencana kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan belum memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana kegiatan secara konsekuen.

g.    Membangun  Sikap Hidup yang Sehat Mengenai Diri Sendiri dan Lingkungan
     Tugas perkembangan ini berkenaan dengan kebiasaan dalam memelihara badan, kebersihan, kesehatan dan keamanan. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara rutin. Murid SD umumnya belum dapat memelihara kebersihan pakaian sendiri, belum dapat membantu memelihara kebersihan rumah

h.    Mengembangkan Konsep-konsep yang Perlu dalam Kehidupan Sehari-hari
     Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak memperoleh sejumlah konsep untuk berpikir efektif berkenaan dengan pekerjaan kewarganegaraan, dan peristiwa sosial. Pada saat anak-anak siap memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki konsep-konsep yang sederhana seperti bentuk lingkaran, rasa, warna, makanan, marah dan cinta. Berdasarkan konsep yang dimilikinya, anak akan membentuk konsep baru melalui pengalaman pengganti seperti mendengarkan cerita, bacaan atau melihat film.

i.      Belajar Menjalankan Peran Sosial Sesuai dengan Jenis Kelamin
     Murid SD hendaknya belajar berperan sebagai pria atau wanita sesuai dengan jenis kelaminnya sebagaimana yang diharapkan. Mereka cenderung kuat dalam berperilaku sebagai pria atau wanita sesuai dengan norma masyarakat. Namun mereka lemah dalam mempelajari peran sosial sebagai pria atau wanita.

j.      Memiliki Sikap Positif terhadap Kelompok dan Lembaga-lembaga sosial
     Kemampuan murid untuk mengembangkan sikap positif terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial, merupakan dasar untuk pengembangan sikap demokrasi. Tugas perkembangan ini dipelajari murid sejak dirumah, melalui teman sebaya, dalam kehidupan di masyarakat, dan di sekolah.
     Murid SD kuat dalam menghargai pendapat orang lain, dan sikap positif terhadap aturan atau tata tertib sekolah. Namun mereka cenderung lemah dalam toleransi terhadap perbedaan SARA, serta dalam bertindak secara adil dan demokrasi. Mereka kurang paham akan tugas-tugas pemerintahan seperti RT, RW dan Lurah.

              Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan murid SD (Sunaryo Kartadinata, 1990, 1996) adalah sebagai berikut :
1). Perkembangan Fisik dan Kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatn guru, terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan di kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) sangat lamban dalam bereaksi, gangguan pertumbuhan gigi, perkembangan fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih besar dari teman sebaya. Sementara itu pada kelas tinggi (kelas 4,5 dan 6) terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan, berupa : persoalan gizi, pertumbuhan fisik tidak sesuai dengan usia dan lebih kecil dari teman sebaya.
2). Perkembangan Diri
      Dilihat dari karakteristik perkembangan emosi, tampak bahwa kehidupan emosi, murid SD tidak lagi sepenuhnya dikuasai oleh kehidupan emosi yang egoistik. Sikap toleran terhadap diri sendiri mulai tampak, akan tetapi kecenderungan ini belum merupakan pola perilaku yang konsisten. Keberanian berbuat atas inisiatif dan pilihan sendiri dengan disertai menerima saran dan bekerja sama dalam kelompok mulai tampak pada murid SD. Kendati demikian murid SD ini merupakan manifestasi dorongan kekuatan eksternal.
3). Perkembangan Sosial
      Perkembangan hubungan sosial murid SD telah menunjukkan kecenderungan orientasi kelompok yang cukup kuat. Hubungan sosial murid SD telah diwarnai pula oleh kesadaran akan identitas diri, walaupun masih berada pada intensitas yang lemah. Perkembangan sosial murid SD telah menunjukkan pula sikap loyal dan kesedihan berkorban untuk kelompok. Kegiatan kelompok tidak semata-mata didasarkan atas kesenangan diri sendiri melainkan didasarkan atas hasrat kerjasama dan berkompetisi. Namun demikian ketidakkonsistenan dalam berkelompok masih tampak. Aturan kelompok mulai berkembang dan disepakati sebagai aturan permainan.
4. Teknik Membantu Murid Bermasalah
              Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Bagi guru SD yang berperan sebagai guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
              Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang sehat. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat :
a.       Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok
b.      Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan
c.       Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan/atau orang tua murid
d.      Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi
e.       Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniah ke dalam kurikulum sebagai bahan terpadu dari ajaran yang harus disajikan guru
f.       Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran




daftar pustaka
2.       Sunaryo Hartadinata,dkk. (1998). Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: Dirjen Dikti
3.      Sunaryo Kartadinata. (1992). Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan Bandung : Laporan Penelitian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank's your attention