1.
Pengertian dan Jenis Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru,
bukan semata-mata perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu
bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
bekerjasama dengan teman. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab
“murid yang bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan dia menampakkan
perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Pada
dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah-masalah emosional dan
penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku
bermasalah yang kronis.
Terhadap peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru
memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan
dalam bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini seringkali tidak
membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada
pemahaman apa yang ada dibalik perilaku bermasalah. Bagaimanapun, bukanlah
tugas yang mudah dan seringkali diperlukan bantuan dari pakar dibidang
pekerjaan-pekerjaan psikologis. Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku
bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan guru.
2. Bentuk-bentuk Perilaku
Bermasalah
Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku
tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam
psikologi perilaku ini disebut mekanisme pertahanan diri yang disebabkan oleh
karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya.
Kecemasan pada dasarnya adalah berupa ketegangan psikologis akibat dari
ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan. Disebut mekanisme penahanan diri
karena dengan perilaku tersebut, individu dapat mempertahankan diri atas atau
menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan. Mekanisme perilaku ini
berentang mulai dari bentuk-bentuk yang normal sampai kepada bentuk-bentuk
perilaku psikologis.
Bentuk umum dari perilaku mekanisme pertahan diri ini ialah :
a. Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukan dalam
bentuk memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu,
penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya
apa yang didasarkan bukan merupakan penyebab nyata karna sebenarnya individu
bermagsut menyembunyikan latar belakang perilakunya.
b. Sikap
bermusuhan
Sikap ini tampak dalam perilaku agresip, menyerang,
mengganggu, bersaing dan mengecam lingkungan
c. Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sebagai
penyebab utama kasalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu
cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang
lain. Prang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat
kuat.
d. Represi
Perilaku represi ditunjukkan dalam bentuk
menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran.
Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
e. Konformitas
Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan
diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan
orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini
memiliki harapan sosial dan ketergantungan yang tinggi.
f.
Sinis
Perilaku sinis muncul dari ketidakberdayaan individu
untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat
dirinya khawatir atas penilaian orang lain terhadap dirinya.
g. Proyeksi
Individu yang
menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan
ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu
akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya
sendiri
h. Intelektualisasi
Apabila individu
menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang
seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik,
intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu
menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya
atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat
dengan .persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat
sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya,
dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara
obyektif.
i.
Fantasi
Dengan berfantasi
pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan
dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan,
yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu
yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi
lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya.Tetapi bila
fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan
yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres,
dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.
j.
Denial
(menyangkal kenyataan)
Bila individu
menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan
maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung
unsur penipuan diri.
k. Mengelak
Bila individu merasa
diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk
mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan
menggunakan metode yang tidak langsung.
l.
Regresi
Regresi merupakan
respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya
pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan
kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih
muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak
kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons
mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama
tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran
adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi
(mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan
kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih
sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum
pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut
atau dia sedang mencoba mencari perhatian.
m. Fiksasi
Dalam menghadapi
kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi
dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak
sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti
untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi
pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu
contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi
mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali
dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
n. Supresi
Supresi merupakan
suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar
impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara
menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum).
Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar
dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang
ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau
ingatan yang ditekan (represi)
o. Reaction formation (pembentukan reaksi)
Individu dikatakan
mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif
dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan
menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara
ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan
oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.
Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan
tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar
dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
Semua perilaku mekanisme pertahanan diri mempunyai karakteristik
(1). Menolak, memalsukan, atau
mengacaukan kenyataan
(2). Dilakukan tanpa menyadari latar
belakang perilaku tersebut. Pola perilaku ini dipelajari, yang cenderung kepada
pengurangan kecemasan bukan memecahkan masalah yang menjadi dasar penyebab
kecemasan itu.
3. Masalah-masalah yang
Berkaitan dengan Karakteristik Perkembangan Murid
Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran terhadap
murid berperilaku bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas
perkembangan dan karakteristik perkembangan murid SD. Dalam aspek tugas
perkembangan perilaku bermasalah dapat dikaji dengan mengkaji kesenjangan
antara tugas perkembangan murid SD yang telah dicapai dengan yang seharusnya.
Sedangkan dalam aspek karakteristik perkembangan dapat dihampiri dengan
mengkaji masalah-masalah yang muncul berkenaan dengan perkembangan murid SD itu
sendiri.
Berikut deskripsi pencapaian murid dalam tiap aspek tugas perkembangan
a.
Menanamkan kebiasaan dan Sikap dalam Beriman dan Bertaqwa terhadap TYME
Pada umumnya murid SD telah
dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut, terutama
untuk siswa kelas tinggi. Penanaman kebiasaan dan sikap murid dalam beriman dan
bertaqwa kepada TYME di sekolah, selain melalui mata pelajaran Agama, juga
dilakukan pada saat perayaan keagamaan, ibadah bersama di sekolah, serta
diadakan pesantren kilat.
Dalam tatanan perilaku
sehari-hari, masih terdapat perilaku-perilaku murid yang perlu peningkatan.
Murid SD cenderung belum dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang
agama seperti menyontek. Perilaku menghormati orang tua dan orang lain masih
kurang. Murid SD lebih mementingkan dirinya sendiri, belum mampu mendahulukan
kepentingan orang yang lebih tua. Kebanyakan murid SD belum menunjukkan
kebanggaan atas kemampuan dirinya sendiri.
b.
Mengembangkan Kata hati, Moral dan Nilai-nilai sebagai Pedoman Perilaku
Tugas
perkembangan ini dimaksudkan agar murid mengembangkan kontrol moral dari dalam,
menghargai aturan moral, dan memulai dengan skala nilai yang rasional. Secara
psikologis, anak pada saat lahir belum memiliki kata hati dan nilai-nilai.
Melalui perkembangan hidupnya ia sedikit demi sedikit mempelajari nilai-nilai
dan diajari untuk membedakan mana perilaku yang baik dan mana perbuatan yang
buruk.
c.
Mengembangkan keterampilan Dasar dalam Membaca, Menulis dan Berhitung
Hakekat
tugas perkembangan ini adalah murid belajar mengembangkan keterampilan dasar
dalam membaca, menulis dan menghitung secara memadai agar mampu beradaptasi
dengan masyarakat. Penelitian yang telah dilakukan memberikan gambaran bahwa
murid kelas tinggi umumnya memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Khusus untuk murid kelas rendah tampaknya
masih memiliki kesulitan terutama dalam menulis. Murid SD umumnya memiliki
kesulitan terutama dalam menulis surat, membuat karangan sederhana, dan
menjelaskan kembali isi bacaan.
d.
Mempelajari Keterampilan Fisik Sederhana yang diperlukan Untuk Permainan dan
Kehidupan
Anak usia
SD memberikan pengendalian yang lebih besar terhadap badannya dan mampu duduk
atau berdiri dalam jangka waktu yang lama. Di sisi lain kekuatan fisik murid
belum matang, dan memerlukan aktivitas. Murid SD lebih merasa lelah disuruh
duduk dalam waktu lama, dibanding dengan lari-lari, jungkir balik atau naik
sepeda. Kegiatan fisik sangat penting untuk menyempurnakan perkembangan
keterampilannya, seperti melempar bola, loncat tali, keseimbangan dalam meniti
balok kayu.
e.
Belajar Bergaul dan Bekerja dalam Kelompok Sebaya
Pada usia sekolah, anak-anak
mulai keluar dari lingkungan keluarga memasuki dunia teman sebaya. Anak-anak
hendaknya belajar memperoleh kepuasan yang lebih banyak dari kehidupan sosial
bersama teman sebayanya. Melalui kelompok sebaya anak belajar memberi dan
menerima dalam kehidupan sosial diantara teman sebaya. Murid SD umumnya tidak
memiliki teman tetap untuk bermain, kesulitan menentukan teman untuk belajar
dan mengerjakan tugas-tugas kelompok.
f.
Belajar Menjadi Pribadi yang Mandiri
Hakekat
tugas perkembangan ini adalah anak belajar menjadi pribadi yang mandiri, mampu
membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan pada saat ini dan di masa
mendatang secara mandiri. Kemandirian diawali dengan kemampuan untuk melakukan
pilihan sendiri di seputar rumah. Ia belajar memilih sendiri jenis permainan
yang disukainya, menentukan program TV yang ditontonnya, memilih acara radio
yang disukainya, memilih sendiri buku-buku yang akan dipelajarinya dan belajar
mengurus dirinya sendiri. Kemudian berkembang kepada pemilihan teman bermain,
dan jenis permainan yang disukainya, dilakukan oleh dirinya sendiri.
Pada
umumnya murid SD cenderung lemah dalam mengurus diri sendiri, belum mampu
menyusun rencana kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan belum
memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana kegiatan secara konsekuen.
g.
Membangun Sikap Hidup yang Sehat Mengenai Diri Sendiri dan Lingkungan
Tugas
perkembangan ini berkenaan dengan kebiasaan dalam memelihara badan, kebersihan,
kesehatan dan keamanan. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara rutin.
Murid SD umumnya belum dapat memelihara kebersihan pakaian sendiri, belum dapat
membantu memelihara kebersihan rumah
h. Mengembangkan
Konsep-konsep yang Perlu dalam Kehidupan Sehari-hari
Hakekat
tugas perkembangan ini adalah anak memperoleh sejumlah konsep untuk berpikir
efektif berkenaan dengan pekerjaan kewarganegaraan, dan peristiwa sosial. Pada
saat anak-anak siap memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki konsep-konsep
yang sederhana seperti bentuk lingkaran, rasa, warna, makanan, marah dan cinta.
Berdasarkan konsep yang dimilikinya, anak akan membentuk konsep baru melalui
pengalaman pengganti seperti mendengarkan cerita, bacaan atau melihat film.
i.
Belajar Menjalankan Peran Sosial Sesuai dengan Jenis Kelamin
Murid SD
hendaknya belajar berperan sebagai pria atau wanita sesuai dengan jenis
kelaminnya sebagaimana yang diharapkan. Mereka cenderung kuat dalam berperilaku
sebagai pria atau wanita sesuai dengan norma masyarakat. Namun mereka lemah
dalam mempelajari peran sosial sebagai pria atau wanita.
j.
Memiliki Sikap Positif terhadap Kelompok dan Lembaga-lembaga sosial
Kemampuan
murid untuk mengembangkan sikap positif terhadap kelompok dan lembaga-lembaga
sosial, merupakan dasar untuk pengembangan sikap demokrasi. Tugas perkembangan
ini dipelajari murid sejak dirumah, melalui teman sebaya, dalam kehidupan di
masyarakat, dan di sekolah.
Murid SD
kuat dalam menghargai pendapat orang lain, dan sikap positif terhadap aturan
atau tata tertib sekolah. Namun mereka cenderung lemah dalam toleransi terhadap
perbedaan SARA, serta dalam bertindak secara adil dan demokrasi. Mereka kurang
paham akan tugas-tugas pemerintahan seperti RT, RW dan Lurah.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan murid SD
(Sunaryo Kartadinata, 1990, 1996) adalah sebagai berikut :
1). Perkembangan Fisik dan Kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatn guru,
terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan di kelas rendah
(kelas 1,2, dan 3) sangat lamban dalam bereaksi, gangguan pertumbuhan gigi,
perkembangan fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih besar dari teman sebaya.
Sementara itu pada kelas tinggi (kelas 4,5 dan 6) terungkap bahwa gangguan
perkembangan fisik dan kesehatan, berupa : persoalan gizi, pertumbuhan fisik
tidak sesuai dengan usia dan lebih kecil dari teman sebaya.
2). Perkembangan Diri
Dilihat dari
karakteristik perkembangan emosi, tampak bahwa kehidupan emosi, murid SD tidak
lagi sepenuhnya dikuasai oleh kehidupan emosi yang egoistik. Sikap toleran
terhadap diri sendiri mulai tampak, akan tetapi kecenderungan ini belum
merupakan pola perilaku yang konsisten. Keberanian berbuat atas inisiatif dan
pilihan sendiri dengan disertai menerima saran dan bekerja sama dalam kelompok
mulai tampak pada murid SD. Kendati demikian murid SD ini merupakan manifestasi
dorongan kekuatan eksternal.
3). Perkembangan Sosial
Perkembangan
hubungan sosial murid SD telah menunjukkan kecenderungan orientasi kelompok
yang cukup kuat. Hubungan sosial murid SD telah diwarnai pula oleh kesadaran
akan identitas diri, walaupun masih berada pada intensitas yang lemah.
Perkembangan sosial murid SD telah menunjukkan pula sikap loyal dan kesedihan berkorban
untuk kelompok. Kegiatan kelompok tidak semata-mata didasarkan atas kesenangan
diri sendiri melainkan didasarkan atas hasrat kerjasama dan berkompetisi. Namun
demikian ketidakkonsistenan dalam berkelompok masih tampak. Aturan kelompok
mulai berkembang dan disepakati sebagai aturan permainan.
4. Teknik Membantu Murid Bermasalah
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan menggantinya
dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Bagi
guru SD yang berperan sebagai guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing,
penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan
mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental
peserta didik.
Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam upaya
mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang sehat. Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat :
a.
Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok
b.
Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan
c.
Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan/atau orang tua
murid
d.
Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi
e.
Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniah ke dalam kurikulum sebagai bahan
terpadu dari ajaran yang harus disajikan guru
f.
Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran
daftar pustaka
1. http://belajaritubaik.wordpress.com/2011/05/18/bimbingan-bagi-anak-yang-berperilaku-bermasalah-2/
2. Sunaryo Hartadinata,dkk. (1998).
Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: Dirjen Dikti
3.
Sunaryo Kartadinata. (1992). Identifikasi
Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi
Layanan Bimbingan Bandung : Laporan Penelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar