A. Pengertian Pembelajaran Sebagai Pilar Utama Pendidikan
Pembelajaran adalah setiap perubahan
perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
1. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.
2. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diobservasi
Kita telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan kita semua telah belajar dalam suatu tahap dalam hidup kita. Dengan perkataan lain, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya. Hal-hal inilah yang akan mendidik seseorang untuk menjadi orang yang terdidik.
1. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.
2. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diobservasi
Kita telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan kita semua telah belajar dalam suatu tahap dalam hidup kita. Dengan perkataan lain, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya. Hal-hal inilah yang akan mendidik seseorang untuk menjadi orang yang terdidik.
B. Pilar-Pilar
Pendidikan
Komisi Pendidikan untuk Abad XX1 (Unesco 1996: 85) melihat
bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning).
Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu (1) learning
to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, learning to live
with other, dan (4) learning to be.
1.
Learning To Know
Learning to know adalah upaya memahami instrumen-instrumen
pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan. Sebagai alat, pengetahuan
tersebut diharapkan akan memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami
berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya
dalam rangka mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai
pihak yang diperlukan.
Sebagai tujuan, maka pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pembahaman, pengetahuan serta penemuan di dalam kehidupannya. Upaya-upaya ke arah pemerolehan pengetahuan ini tidak akan pernah ada batasnya, dan masing-masing individu akan secara terus menerus memperkaya pengetahuan dirinya dengan bebagai pengalaman yang diteimukan dalam kehidupannya. Upaya-upaya ini akan berlangsung secara terus-menerus yang pada gilirannya melahirkan kembali konsep belajar sepanjang hayat.
Sebagai tujuan, maka pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pembahaman, pengetahuan serta penemuan di dalam kehidupannya. Upaya-upaya ke arah pemerolehan pengetahuan ini tidak akan pernah ada batasnya, dan masing-masing individu akan secara terus menerus memperkaya pengetahuan dirinya dengan bebagai pengalaman yang diteimukan dalam kehidupannya. Upaya-upaya ini akan berlangsung secara terus-menerus yang pada gilirannya melahirkan kembali konsep belajar sepanjang hayat.
2. Learning To Do
Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team,
belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Learning to do lebih
ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala
sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan
pekerjaan-pekerjaan di masa depan. Memperhatikan secara cermat
kemajuan-kemajuan serta perubahan-perubahan yang terjadi, maka pendidikan tidak
cukup hanya dipandang sebagai transmisi atau melaksanakan tugas-tugas rutin,
akan tetapi harus mengarah pada pemberian kemampuan untuk berbuat menjangkau
kebutuhan-kebutuhan dinamis masa mendatang, karena lapangan kerja masa
mendatang akan sangat tergantung pada kemampuan untuk mengubah kemajuan dalam
pengetahuan yang melahirkan usaha atau pekerjaan-pekerjaan baru . hal ini akan
mejadi tonggak penting untuk membentuk kemampuan, kemampuan serta kesadaran
atas berkembagnnya ekonomi baru yang berbasis pengetahuan. Sebagaimana juga
pada pilar pertama, maka belajar menerapkan sesuaut yang telah diketahui juga
harus dilakukan secar terus-menerus, karena proses perubahan juga akan berjalan
tanpa hentinya. Dengan keinginan yang kuat untuk belajar melakukan sesuatu,
maka setiap orang akan terlepas dari tindakan-tindakan yang tidak memiliki
nilai-nilai posifit bagi kehidupannya, dan hal ini memiliki arti sangat penting
bagi kehidupannya, dan hal ini memiliki arti sangat penting dalam memelihara
proses dan lingkungan kehidupan yang memberikan ketentraman bagi diri orang
lain.
3.
Learning To Live Together
Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan dalam misi ini harus dipandang sebagai upaya-upaya yang sehat untuk mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya bahwa persaingan justru mengalahkan nilai-nilai kebersamaan bahkn pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk kepentingan sendiri. Dengan demikian diharapkan kedamaian dan keharmonisan hidup benar-benar dapat diwujudkan.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangakan di dalam setiap even pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai hal rutin yang berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja, akan tetapi membutuhkan latihan-latihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling menghargai yang dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara terus-menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangakan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat.
Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan dalam misi ini harus dipandang sebagai upaya-upaya yang sehat untuk mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya bahwa persaingan justru mengalahkan nilai-nilai kebersamaan bahkn pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk kepentingan sendiri. Dengan demikian diharapkan kedamaian dan keharmonisan hidup benar-benar dapat diwujudkan.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangakan di dalam setiap even pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai hal rutin yang berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja, akan tetapi membutuhkan latihan-latihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling menghargai yang dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara terus-menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangakan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Learning To Be
Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung
jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Learning to be,
sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan, bahwa prinsip
fundamental pendidikan hendaknya mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan
seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung
jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual. Semua manusia hendaklah diberdayakan
untuk berfikir mandiri dan kritis dan mampu membuat keputusan sendiri dalam
rangka menentukan sesuatu yang harus dilakukan (Komisi Internasional
Pendidikan untuk Abad XX1 1996: 94). Kehawatiran yang mendalam terhadap
terjadinya “dehumanisasi” sebagai akbiat terjadinya perubahan, merupakan salah
satu pertimbangan mendasar untuk pentingnya penekanan kembali belajar untuk
menjadi diri sendiri. Oleh sebab itu, melalui kegiatan pembelajaran, setiap
siswa harus terus didorong agar mampu memberdayakan dirinya melalui
laithan-latihan pemecahan masalah-masalahnya sendiri, mengambil keputusan
sendiri dan memikul tanggung jawab sendiri. Dalam keadaan ini pendidikan dan
pembelajaran hendaknya dapat memberikan kekuatan, membekali strategi dan cara
agar siswa mampu memahami dunia sekitarnya serta mampu mengembangkan talenta
yang dimiliknya untuk dapat hidup secara layak di tengah-tengah berbagai
dinamika dan gejolak kehidupan maysarakat.
Keempat pilar
pendidikan sebagaimana dipaparkan di atas, sekaligus merupakan misi dan
tanggung jawab yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar
mengetahui, belajar berbuat, belajar hidup bersama dan belajar menjadi seseorang
atau belajar menjadi diri sendiri yang didasari keinginan secara sungguh-sungguh
maka akan semakin luas wawasan seseorang tentang pengetahuan, tentang
nilai-nilai posifit, tentang orang lain serta tentang berbagai dinamika
perubahan yang terjadi. Kesemuanya ini diharapkan menjadi modal fundamental
bagi seseorang untuk mampu mengarahkan dirinya dalam berprilaku positif
berpijak pada nilai-nilai yang dia yakini kebenarannya, dan pada gilirannya
akan semakin terbuka pikiran untuk melihat fakta-fakta yang benar dan yang
salah, suatu tindakan yang sesungguhnya merugikan ataupun membawa kemajuan bagi
diri dan orang lain. Kemampuan-kemampuan tersebut juga akan membekali individu
untuk mampu melihat secara nyata betapa konflik dan pertikaian-pertikaian telah
memberikan banyak kerugian di dalam tatanan kehidupan masyarakat dan bangsa,
dan merugikan diri serta lingkungannya. Pada sisi lain seseorang juga akan
mampu melihat bagaimana suasana yang harmoni dapat memberikan kenyamanan dan
ketentraman dalam hidup, sehingga memberikan banyak kesempatan bagi suatu
masyarakat dan bangsa mencapai kemajuan-kemajuan yang lebih berarti bagi semua
orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar