A. Pengertian
Strategi Pembelajaran
Kompetensi Supervisi Akademik
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengawas satuan
pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan kemampuan pengawas dalam rangka
pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran
dan bimbingan di sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan
pendidikan harus memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan
strategi pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan
pembelajaran.
Strategi merupakan usaha untuk
memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia
pendidikan strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pe-manfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada mulanya istilah strategi
banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan
seluruh kekuatan militer untuk memenang-kan suatu peperangan. Sekarang, istilah
strategi banyak digunakan dalam ber-bagai bidang kegiatan yang bertujuan
memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang
manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan
yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang
pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk
dapat memenangkan suatu pertandingan.
Begitu juga seorang guru yang
mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu
strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain
pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu set materi dan prosedur pembela-jaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Paling tidak ada 3 jenis strategi
yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian
pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi
pengelolaan pembelajaran.
1.
Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth,
Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran
disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat
urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi
pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk
pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur
atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat
sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi
berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan
konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi
mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan
diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan
rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan
ulang konsep serta kaitan yang sudah diajarkan.
2.
Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi
penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran
adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan.
3.
Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi
pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan
dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan
selama proses pembelajaran. Ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi
pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan
motivasi.
B. Beberapa
Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama
dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam
pembelajaran.
1. Metode
Metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah
perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat
dilaksanakan dengan berbagai metode.
2. Pendekatan
(Approach)
Pendekatan (approach) merupakan
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan
dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif.
3. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang
harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan
demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan
kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan
jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan
pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
4. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual,
walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan
kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda,
misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar
materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan
tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan
strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya
menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya
relevan dengan metode, dan pengunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik
yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
C. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep
dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan
pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut
Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah
masing-masing adalah sebagai berikut:
1.
Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan
kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan
mempertimbang-kan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
2.
Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh
untuk mencapai sasaran.
3.
Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang
ditempuh sejak awal sampai akhir.
4.
Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku
yang akan digu-nakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Kalau
diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa
diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan;
(2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan
(4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik buat penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Dari
uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang
dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
supaya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku yang diingin-kan sebagai hasil belajar mengajar yang
dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan
belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan
konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan perilaku dan
kepribadian yang kita inginkan terjadi se-telah siswa mengikuti suatu kegiatan
belajar mengajar itu harus jelas, misal-nya dari tidak bisa membaca berubah
menjadi dapat membaca. Suatu kegiat-an belajar mengajar tanpa sasaran yang
jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti.
Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti,
dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya
hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.
Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa
yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya.
Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti
baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda
bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai
disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep, dan teori ekonomi tentang baik,
benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian
konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik,
benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian,
konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan
konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan
terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan
prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu
menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda
dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan
cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa
suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi
dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang
sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau
kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah
dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah
dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan
salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa
yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai
murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi
kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah,
hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan
dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh an-tara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh an-tara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan.
D. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai
sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat
operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran
umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat
universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir
kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam
ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan.
Belajar mengajar sebagai suatu
sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen
yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu
sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran,
bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan,
situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai, semua
komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen
itu terjadi kerjasama.
Secara khusus dalam proses belajar
mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan
masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami
dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: (1) kecerdasan dan bakat
khusus, (2) prestasi sejak permulaan sekolah, (3) perkembangan jasmani dan
kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat
belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasa-an belajar dan bekerja, (8) hobi dan
penggunaan waktu senggang, (9) hubung-an sosial di sekolah dan di rumah, (10)
latar belakang keluarga, (11) lingkung-an tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat
khusus dan kesulitan belajar anak didik.
Usaha untuk memahami anak didik
ini bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu guru mempunyai keharusan
melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang
tua, serta instansi yang terkait.
E. Tahapan Instruksional
Secara
umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar yakni tahap permulaan (prainstruksional),
tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut. Ketiga
tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu
tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi
proses pengajaran.
1.
Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh
guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:
a) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain).
b) Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
c) Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya.Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
a) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain).
b) Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
c) Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya.Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan
tahapan ini adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang
telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan
pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan
kegiatan pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan
siswa.
2.
Tahap Instruksional
Tahap
kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan
pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi
beberapa kegiatan sebagai berikut:
a) Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
b) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
a) Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
b) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
c) Membahas pokok materi yang telah
dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni:
(a) pembahasan dimulai dari gambaran umum
materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus
(b) dimulai dari topik khusus menuju
topik umum.
d) Pada setiap pokok materi yang
dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus
diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap
pokok materi yang telah dibahas.
e) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
e) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
f) Menyimpulkan hasil pembahasan dari
pokok materi. Kesimpulan ini di-buat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya
ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru
bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
3.
Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap
yang ketiga adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam
kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).
Ketiga
tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang
terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat
mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian
tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Di sinilah letak keterampilan
profesional dari seorang guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan
mengajar seperti dilukiskan dalam uraian di atas secara teoretis mudah
dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya
dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar